Pages

Sabtu, 09 Juli 2011

Giat "Bercocok Tanam"

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Jika kiamat hampir tiba, di tangan salah seorang di antara kamu ada bibit pohon kurma, di mana dia sanggup menanamnya sebelum datang hari kiamat, maka hendaklah dia tanam. Dengan demikian ia beroleh pahala."

Hadits di atas disebutkan oleh Ali bin Al-Aziz dalam kitab Al-Muntakhab dengan sanad yang hasan, riwayat Anas (tertulis dalam Kitab Umdatul Qari fii Syarhil Bukhari, dicatat oleh Badruddin Al-Aini dalam kitab "Bercocok Tanam").

Hendaklah orang bercocok tanam sekalipun kiamat hampir tiba, demikian kata Rasulullah Saw. Mungkin hadits di atas yang didengar dari Rasul dikira bahwa pesan Rasul ketika kiamat hampir tiba ialah memberi peringatan tentang akhirat, mengingatkan orang beramal untuk hari kemudian, atau menyerukan orang untuk menyucikan hati dan bekerja keras untuk hari yang maha dahsyat. Yaitu hari hisab yang menggetarkan hati. Akan tetapi bukan itu yang disampaikan Rasulullah seperti yang kita kira, melainkan Beliau menyuruh untuk bercocok tanam. Apakah maksudnya?

Bibit pohon kurma tidak akan berbuah kecuali melampaui beberapa tahun lamanya. Orang akan menunggu waktu sampai dapat memetik buahnya. Sedangkan hari kiamat tidak diragukan lagi pasti akan tiba. Namun apa yang dianjurkan oleh Rasulullah ketika kiamat hampir tiba bukanlah untuk membuang jauh-jauh semua pekerjaan dunia, atau mengosongkan semua perhatian kita kepada dunia, melainkan tetap mengusahakan dan memeliharanya, sekalipun itu baru pada tahap merintis atau mulai bercocok tanam, karena dalam Islam jalan untuk akhirat juga adalah jalan untuk dunia tanpa berbeda atau berlainan. Artinya di antara keduanya tidak berpisah, yaitu satu jalan untuk dunia dan satu jalan untuk akhirat. Atau jalan ke akhirat dan jalan ke dunia tidak berhubungan satu sama lain. Maksudnya di sana tidak ada dua jalan, tetapi yang ada hanyalah satu jalan saja, yaitu jalan yang permulaannya di dunia dan penghabisannya di akhirat. Keduanya harus dijalani dengan tidak terpisah. Artinya dalam berusaha dunia, ada terdapat ibadah dan dalam ibadah ada juga hasil untuk dunia. Keduanya dalam pandangan islam bercampur baur dan berjalan seimbang satu sama lain dalam satu jalan.

Amal harus dilakukan sampai kepada langkah penghabisan umur, atau sampai kepada batas hidup manusia. Hendaklah orang tetap bercocok tanam, meskipun kiamat hampir tiba. Memperteguh nilai amal, menggiatkannya dan menghimbau kepadanya, ialah suatu pemikiran luhur yang terang benderang dari tujuan Islam. Tetapi sekali lagi, yang dimaksud di sini bukan saja menetapkan nilai amal saja, bahkan menggiatkannya, karena ialah suatu jalan, tidak ada lagi jalan terbagi antara dunia dan akhirat.

Telah berlalu keadaan panjang pada masa-masa lampau yang berusaha memisahkan perkara dunia dan akhirat, mungkin imbasnya masih terasa hingga masa sekarang, di mana orang merasakan perbedaan di antara kedua jalan akhirat dan dunia. Firman Tuhan telah disingkirkan, dan orang-orang sibuk menghimpun kekayaan karena jalan telah bercabang dua. Orang beranggapan bahwa amal untuk akhirat terputus dengan amalan dunia. Dan amal untuk dunia didesak waktu, oleh amal akhirat. Islam lah yang menuangkan orientasi ajaib ini, yaitu dipersatukannya dunia dan akhirat dalam satu jalan. Allah SWT berfirman :

Carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu di negeri akhirat dan jangan kamu lupakan bahagiannya di dunia (Al-Qashash: 77)

Katakanlah : siapa yang mengharamkan perhiasan yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah : Yang demikian itu teruntuk orang-orang beriman adalah kehidupan dunia khususnya untuk mereka pada hari akhirat. (Al-A'raf: 32).

Beramal di dunia tak boleh putus asa, meskipun hari kiamat hampir tiba, dan orang-orang tidak bisa lagi memetik buah hasilnya di dunia. Di kala itu orang-orang tidak boleh menghentikan pekerjaan, tidak boleh memikirkan bagaimana hasil yang akan didapat, tetapi bagi petani yang di tangan mereka ada bibit tumbuh-tumbuhan, hendalah dia tanamkan bibit tersebut di waktu itu juga. Orang yang membangun usaha, segera laksanakan sebagaimana rencana usahanya.

Itulah suatu anjuran yang mengagumkan untuk tekun bekerja, berusaha dan giat beramal. Tak ada alasan yang mencegah manusia berbuat amal. Dengan semangat yang membaja inilah bumi bisa dimakmurkan, sebab manusia tidak menghentikan kerjanya, bahkan kemajuan dan pembangunan dapat dibina terus.

Ringkasnya, tiap-tiap perintah dan larangan, halal dan haram, dalam Islam selalu menyeru bagi kemakmuran dunia dan bekerja keras. Namun perasaan dan pemikiran tidak boleh dipalingkan dari jalan Allah dan jalan akhirat karena Islam tidak memisahkan dunia dan akhirat. Wallahu A'lam.

(penulis : hilman.pas@gmail.com)